Kabupaten Blora - tabloid INFOKU 74




Berita Foto
Gubenur Jateng Ganjar Pranowo dalam Kunjungan Kerjanya di Blora, saat memberikan pelajaran pada siswa SMK 1 (STM ) Blora, sebagai wujud kepedulianya terhadap pendidikan generasi muda bangsa yang kelak dikemudian hari dapat membawa kemajuan Bangsa Indonesia. (Foto: Endah)



Tingkatkan Produktifitas Petani Padi Blora Dengan Tehnik SRI
INFOKU, BLORA- Harapan baru bagi Petani Blora khususnya petani yang sawahnya kurang air.
Panen raya padi yang dibudidaya menggunakan teknik SRI (sistem of Rice Intensification) Gapoktan Margo Mulyo desa Purwosari Kecamatan Kota Blora, Senin (17/3)  hasilnya sangat memuaskan.
Petani memperoleh hasil panen lebih dari 8,1 ton/hektar, dimana produksi normalnya 6,5 ton/hektar, sehingga ada kenaikan 1,6 ton/hektar.
Metode SRI, yaitu teknik budidaya padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara.
Menurut Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan (Dintanbunakikan) Kabupaten Blora, Sutikno selamet melalui Kepala UPTD Kecamatan Blora, Sukaryo mengatakan Metode SRI menguntungkan petani karena meningkatkan produksi lebih dari 25%, bibit berkurang 80-90 %, air irigasi berkurang 25-50 %, pupuk kimia dikurangi atau ditiadakan, beras yang dihasilkan lebih baik dan sehat untuk dikonsumsi.
Keuntungan lain, tanam menggunakan bibit muda umur 7-10 hari dari pesemaian dengan cara tanam 1 batang setiap lubang atau tanam tunggal, sehingga kebutuhan benih hanya 5-7 kg/hektar. Jarak tanam yang digunakan dalam metode SRI adalah jarak tanam lebar, misalnya 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm.

Semakin lebar jarak tanam, semakin meningkat jumlah anakan produktif yang dihasilkan oleh tanaman padi.
Penyebabnya, sinar matahari bisa mengenai seluruh bagian tanaman dengan lebih baik sehingga proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman terjadi dengan lebih optimal.
Jarak tanam yang lebar, jelasnya juga memungkinkan tanaman untuk menyerap nutrisi, oksigen dan sinar matahari secara maksimal.
Sedangkan untuk penggunakan pupuk kimia diberikan setengah dari dosis yang biasa digunakan petani dan lebih banyak menggunakan pupuk organik.
“Bahkan kalau berani bisa meninggalkan penggunakan pupuk kimia. Kedepan petani tidak ada ketergantungan pada pupuk kimia ” tandasnya.
Untuk pengendalian hama, lanjutnya dilakukan dengan sistem PHT (Pengelolaan Hama Terpadu), pengelolaan unsur-unsur dalam agroekosistem (seperti matahari, tanaman, mikroorganisme, air, oksigen dan musuh alami) sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman.
Sukaryo mencontohkan, petani bisa menggunakan pestisida organik berupa ramuan yang diolah dari bahan-bahan alami dan musuh alami yang berasal dari jamur dan virus untuk menghalau hama, seperti wereng, penggerek batang, walang sangit, keong mas dan burung.
Untuk pengendalian gulma, metode SRI mengandalkan tenaga manusia dan sama sekali tidak memakai herbisida, dengan kondisi demikian diharapkan bakteri tanah akan tetap hidup dan berkembang sebagai penghasil unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Bupati Blora Djoko Nugroho dalam sambutannya mengatakan hasil panen padi di Kecamatan Kota Blora bisa dikatakan kerja keras petani, mengingat upaya petani yang penuh semangat dan kerja keras untuk mewujudkan swasembada pangan. Petani di daerah lainnya juga bisa belajar dari petani desa Purwosari, bagaimana caranya bisa mengusahakan budidaya padi dengan hasil yang memuaskan.
“Dinas Petanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan harus terus menerus mendampingi petani dalam meningkatkan produktivitas usaha tani padi demi meningkatkan pendapatan,” kata Bupati Djoko Nugroho.
Peningkatan sarana prasarana terutama penyediaan air pertanian juga menjadi perhatian Bupati Djoko Nugroho, karena menurutnya kendala utama pertanian di Kabupaten Blora adalah ketersediaan air. 
“Saya ingin setiap desa memiliki lumbung padi, setiap UPTD ada mesin untuk memanen padi,” imbuhnya. (Endah)
 Lebih lengkap baca model Tabloid
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru